Diskusi Hardiknas: Perempuan Jalankan Peran Penting Cetak Generasi Cerdas Berkarakter

Pada sebuah organisasi ataupun institusi, dominasi pria sebagai pemimpin masih menjadi mendominasi beberapa wilayah baik di kota kota besar terlebih wilayah terpencil. Pada kenyataannya wanita memiliki potensi yang tidak kalah berkualitas dalam hal kepemimpinan, terlepas dari individu yang berperan sebagai pemimpin itu sendiri. Kehadiran perempuan dinilai memiliki kontribusi besar terhadap kesejahteraan masyarakat baik dari sektor budaya, pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Memberikan pembekalan edukasi dan peran penting dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) secara konsisten terus melakukan transformasi pendidikan melalui terobosan Merdeka Belajar. “Kita perlu membangun generasi emas, cedas berkarakter. Pendidikan berkarakter itu harus dijalankan sistematis dan berkelanjutan. Dan, cerdas itu harus komprehensif, mulai dari cerdas spiritual, emosional, sosial, intelektual, kinestetik, dan lingkungan," ujar Dr. Ir. Sri Puji Saraswati Nizam, DIC., M.SC., IPM., Kepala DWP Diktiristek. Dia menyampaikan pesan tersebut saat menjadi pembicara kunci Forum Diskusi Inspirasi Kepemimpinan Perempuan dan Peresmian Pendirian London School Centre for Leadership serta Peluncuran Buku Wonderful Woman by Prita Kemal Gani dalam rangka Hari Pendidikan Nasional di Jakarta, Jumat (27/5/2022).

Sri Puji menjelaskan, ada empat area penguatan pengarusutamaan gender yang harus perkuat, yakni ekosistem sekolah, pembelajaran bermakna, guru sebagai panutan, serta lingkungan keluarga dan masyarakat. Dia menegaskan, tumbuhnya generasi cerdas berkarakter tidak hanya membutuhkan pendidikan formal dan non formal dari PAUD sampai pendidikan tinggi, tetapi membutuhkan kehadiran perempuan yang cerdas, perempuan yang mandiri dengan kemauan kuat dan pengetahuan serta wawasan yang luas. "Kehadiran perempuan perempuan yang berpendidikan tinggi akan menjadi tulang punggung bagi tumbuh suburnya generasi cerdas berkarakter yang dimulai dari pendidikan keluarga di rumah," ungkapnya.

Karenanya, kehadiran Dharma Wanita Persatuan (DWP) di kantor kantor kementerian dan pemda ataupun Paguyuban Perempuan di PTS perlu di dukung sepenuh hati, dihidupkan dan ditumbuhkembangkan, karena bersinergi dengan pemerintah dalam pembangunan SDM dalam keluarga dan ruang publik. "DWP juga ikut kontribusi dalam mensejahterakan anggota dan keluarganya, serta dapat ikut menguatkan program kegiatan dan hubungan sosial budaya di perkantorannya,” tambahnya. Prita Kemal Gani, Founder & CEO LSPR saat menjadi pembicara pada diskusi panel pertama bersama Margianti, Rektor Universitas Gunadarma dan Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani, M.P, Kepala LLDikti Wilayah III, membagi pengalamannya dalam merintis LSPR hingga sekarang.

”Dalam memimpin LSPR, saya melakukannya seperti memimpin di dalam rumah. Karena itu, suasana yang dihadirkan seperti keluarga. Di LSPR, di tengah dinamika dan kendala, pendekatan yang kami utamakan adalah persuasif dan kekeluargaan," bebernya. Selain itu, ada prinsip entrepreneurialship yang kami usung dalam membangun LSPR demi kemajuan LSPR. Dan, entreprenerialship inilah yang harus terus ditularkan. Dia menjelaskan, dengan mengusung prinsip entrepreneurialship, maka seluruh staf harus melakukan yang terbaik.

"Untuk menciptakan pemimpin perempuan, maka perempuan harus kuat lebih dulu. Mulai dari kemampuan mengurus diri sendiri, contohnya membersihkan kamar tidurnya sendiri; mengurus keluarganya; selanjutnya ditempa menjadi pemimpin. Umumnya, pemimpin perempuan yang berhasil adalah mereka yang berhasil di dalam rumah tangganya,” ungkapnya. Rektor Universitas Gunadarma, Margianti memaparkan selama memimpin kampus Gunadarma, dia menjalankan beberapa prinsip. "Pertama, kami semua tumbuh bersama (we all grow together). Kedua, saling win win, saling asah, saling asuh. Ketiga, damage control. Keempat, trouble conviyer,” kata Margianti. Dr. ir. Paristiyanti Nurwardari, M.P., Ketua LLdikti Wilayah III menekankan, ada tiga tugas utama Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI). Pertama, meningkatkan mutu layanan PTN dan PTS di wilayahnya.

Kedua, peningkatan mutu dosen. Ketiga, penyiapan lima klinik mutu untuk memperhatikan setiap individu dosen dan mahasiswa untuk mempercepat implementasi kampus merdeka belajar,” ujarnya. Perempuan harus adaptif, inovatif, dan berdaya. Saat ini, mahasiswa perempuan di Indonesia 56 persen. Lalu, 38 persen pemimpin PTS di Jakarta adalah perempuan. "Saya yakin, ke depan, perempuan akan berpotensi untuk menjadi pemimpin. Yang penting, perempuan harus inovatif dan kolaboratif. Selanjutnya, be the best with your uniqueness,” ujarnya. Diskusi panel kedua membahas tema Kepemimpinan Perempuan dalam Tata kelola Merdeka Belajar, Kampus Merdeka dengan menghadirkan Rektor UIN Prof. Dr. Amany Lubis, MA dan Prof. Sofia A, Rektor Universitas Bakrie, serta Dr. Illah Sailah, Rektor Universitas Binawan.

Prof. Dr. Amany Lubis, MA menekankan bahwa kepemimpinan perempuan itu adalah keteladanan yang dihasilkan dari tempaan dirimya untuk bisa menjadi pemimpin dengan persiapan, seperti bekal, ilmu, karakter, dan sebagainya. “Mulai dari mencontoh hal hal baik, hingga mencontoh tokoh di sekitar atau keluarga kita. Dan, kepemimpinan ini harus dilakukan secara berkelanjutan, “ ungkapnya. Pada kesempatan yang sama, LSPR Institute juga meluncurkan LSPR Centre for Leadership untuk ambil bagian dalam mengembangkan kapasitas kepemimpinan mahasiswa.

L:embaga ini akan mendorong siswa untuk berpikir visioner, jauh ke depan. Menjadi pemimpin yang berorientasi pada data, sehingga menciptakan pemimpin masa depan. "LSPR Centre for Leadership (LSCL) diharapkan dapat menjadi wadah bukan hanya untuk Civitas akademika LSPR saja namun juga untuk organisasi dan masyarakat dalam dunia pendidikan untuk pe ngembangan kemampuan kepemimpinan agar bermanfaat bagi sesama," ungkap Prita. Dr. Andre Ikhsano, M.Si, Rektor Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR menyatakan, peran pemimpin dalam pendidikan adalah untuk menentukan arah dan strategi, menjadi pusat koordinasi, menjadi sumber motivasi, dan dapat ditiru oleh seluruh rekan kerja dalam suatu organisasi. "LSPR Centre for Leadership diharapkan menjadi wadah untuk meningkatkan kompetensi, kapasitas dan kapabilitas di bidang leadership,“ ujarnya.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *